ADVERTISEMENT
Blue Bird tengah menjadi salah satu topik pembahasan yang hangat belakangan ini. Hal itu tak lain karena perusahaan digugat oleh seorang bernama Elliana Wibowo yang disebut-sebut sebagai ahli waris pendiri Blue Bird sekaligus pemegang saham. Nilai gugatannya pun tak main-main, mencapai Rp 11 triliun.
Seiring dengan munculnya persoalan tersebut, kisah perjalanan taksi berlogo burung biru ini pun menarik untuk diulas. Sebagai perusahaan transportasi besar di mana armadanya mudah ditemui di jalan-jalan kota, Blue Bird bisa dibilang tak lagi berusia belia.
Berdasarkan informasi yang dirangkum dari laman resmi perusahaan dan penjelasan manajemen, Minggu (21/8/2022), Blue Bird didirikan oleh Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono. Cikal bakal lahirnya Blue Bird dari sebuah rumah bernomor 107, Jalan Cokroaminoto, Jakarta tahun 1965 di mana pertama kali bisnis taksi dijalankan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sementara, bisnis Blue Bird disebut-sebut pertama kali berjalan pada tahun 1972.
Bayu Priawan Djokosoetono yang kini menjabat Komisaris Utama Blue Bird Holding Group pernah bercerita, sebelum Blue Bird berdiri sudah ada jasa transportasi yang dijalankan. Bayu sendiri merupakan cucu dari sang pendiri Mutiara Djokosoetono.
Dia mengatakan, asal muasal bisnis Blue Bird sendiri dari menjalankan bemo sampai mobil rental seperti taksi gelap. Setelah itu, baru muncullah Blue Bird.
“Blue Bird sebenarnya dimulai secara resmi tahun 1972, didirikan oleh nenek kami beserta ayah saya beserta adiknya. Tetapi sebelum Blue Bird berdiri sebenarnya sudah ada industri jasa transportasi yang dijalankan. Asal muasalnya adalah menjalankan bemo, setelah itu perusahaan rental seperti taksi gelap lah. Setelah itu baru ada Blue Bird,” katanya dalam wawancara detikcom, 18 Juli 2014 silam.
Bisnis taksi bukanlah hal yang baru di Jakarta kala itu. Dia menjelaskan, pertimbangan bisnis ini dipilih karena taksi waktu itu belum menerapkan tarif yang jelas.
“Dasar pertimbangannya pada saat itu memang ada taksi di Jakarta. Namun taksi pada saat itu tarifnya masih tembak-tembakan nggak jelas, sehingga kami membuat jasa transportasi yang memiliki standar pelayanan dan pembayaran yang jelas. Muncullah Blue Bird tahun 1972,” terangnya.
Di awal kehadirannya, Blue Bird mengoperasikan 25 armada Holden Torana di Jakarta. Layanannya membantu mobilitas masyarakat ibu kota.
Blue Bird disebut sebagai taksi pertama menggunakan sistem tarif berdasarkan agrometer. Tak cuma itu, armada Blue Bird juga dilengkapi dengan sistem radio untuk memudahkan penyebaran order yang didukung sistem operator terpusat.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT